Tag
anker, Bandung, bogor, drama kantor, Jakarta, kantor baru, KRL, working class
Hari ini, adalah hari hampir satu minggu aku bekerja di Jakarta.
Ada banyak yang sudah aku dapatkan selama satu minggu kerja di Jakarta, salah satunya adalah pinggang yang sudah mulai pegal dan kaki yang gemetar terlalu lama berdiri di KRL dan lutut terpapar angin malam terlalu kencang. Jadi biar kuceritakan, perjalananku dari rumah ke kantor kurang lebih dua jam sekali berangkat. Sekitar 45 menit dari rumah ke stasiun kota Bogor, untuk kemudian menyimpan motor di sana dan beralih ke KRL Bogor line tujuan Jakarta Kota, turun di stasiun Duren Kalibata 60 menit perjalanan. Belum selesai sampai di situ, aku harus mengandalkan internet untuk memanggil ojek online untuk menuju ke kantor yang kurang lebih 10 menit perjalan dari stasiun Duren Kalibata ke kantorku saat ini. Nikmat, sungguh aku masih menikmati perjalanan.
Di hari pertama kerja, Senin 1 Agustus 2022 satu hari penuh dengan pengamatan dan perkenalan, mengamati setiap ruang, orang, dan mengenalkan diri pada alam di sini. Tidak perlu lama untuk beradaptasi, semua berjalan begitu cair dan mudah dimengerti.
Dan yang menarik di sini adalah tanpa perlu ada statement di awal “di sini kita kerja dengan sistem kekeluargaan” tapi sudah langsung terlihat di lingkungan sehari-hari, beda dengan beberapa tempat lainnya yang dengan bangga dan beberapa kali ditekankan kalau di tempat kerja ini menjunjung tinggi kekeluargaan, tapi pada kenyataanya justru digunakan sebagai senjata untuk memutus profesionalisme, semena-mena karena seolah keluarga, kadang juga dengan penuh drama hahaha
Ada juga yang sama merasakannya?
Aku juga masih belum juga terbiasa dengan gedung-gedung tinggi, dan macet yang jauh melebihi Bogor dan Bandung, di jalanan yang tak kenal plat nomor, semua sama dan semua terburu-buru menuju dikejar waktu. Setiap kali aku diantar ojek online menuju stasiun, aku selalu saja bergumam “ya Allah gak mau aku tua di sini” saking giruk pikuknya masih belum bisa aku terima.
Tapi tetap saja aku tidak berani untuk bersumpah serapah sembarangan, karena aku tak perlu berambisi untuk menaklukan Jakarta, aku hanya cukup untuk bersahabat dengan Jakarta.
Sudah dulu ya, nanti lanjut lagi. Mau persiapan salat jum’at hehe